Vocaloid isn't REAL Music?

Sebenernya yang bakal gw bahas kali ini udah topik basi (ada dari November 2010). Tapi sebagai penggemar (berat) Vocaloid, gw pengen bahas ini di blog =)
Btw, paling ga 80% isi blog ini soal opini gw, jadi kalo ga suka, jangan baca ^^

November 2010, salah satu persone The GazettE, Aoi, nge-tweet begini:

"I don't like to say this but I'm not happy seeing listeners and magazines treats Vocaloid stuff as real (artistic) works. It's certainly a marvellous technology, but if you are satisfied with that there's no point in us making music. I could go so far as to say it makes what we're doing nothing but masturbation. People who treat mere machine equal to artists are crazy."

Karena dia bilang "I don't like to say this" gw bisa ngerti sih kenapa dia ga gitu suka sama Vocaloid. Gw akuin Vocaloid itu perangkat lunak, sementara dia penyanyi berbentuk manusia tulen. Wajarlah kalo ga mau dibanding-bandingin. Gw kalo jadi dia juga rada sakit hati sih XP

Tapi kalo nyerempet ke masalah "Real Music" atau "Fake Music" gw ga setuju kalo ada yang bilang Vocaloid itu bukan musik. Vocaloid emang cuma perangkat lunak? Ya, gw akuin itu. Tapi apa karena mereka perangkat lunak terus hasilnya bukan musik yang sebenarnya? Bagi gw, musik itu sesuatu yang bisa dinikmatin, jadi selama ada penggemarnya, ya musik adalah musik. Ga ada yang namanya musik palsu.

Banyak juga yang bilang kalo musik Vocaloid itu kosong, ga ada jiwa dari penyanyinya. Tapi bagi gw, meski Vocaloid itu software, tapi tetep ada jiwa n perasaan dari komposer lagu yang disampaikan lewat Vocaloid ^^

Dan gw akuin sih, soal ini ga ada yang bener atau salah soal pendapat mereka. Namanya juga selera orang, pasti beda-beda. Cuma menurut gw jangan sampe jadi ribut-ribut aja..... Pengertian sedikitlah, selera orang.

Tapi sebagai penggemar Vocaloid, apa pun yang orang bilang, tetep aja gw suka sama Vocaloid ^^